RANGKUMAN SEJARAH SASTRA
PERIODE HINDU-BUDHA
Perkembangan pengaruh Hindu
Buddha dari India membawa kemajuan pesat dalam bidang karya sastra. Karya
sastra terkenal yang mereka bawa, antara lain kitab Ramayana dan Mahabharata.
Adanya kitab-kitab ini memacu para pujangga di Indonesia untuk menghasilkan
karya-karya sastra.
Perkembangan sastra
prasasti adalah batu bertulis yang menunjukkan kemajuan
seni sastra berupa tulisan yang dituangkan dalam bentuk relief (seni cetak).
Misal: prasasti Kedukan Bukit (683 M) di daerah Kedukan Bukit, tepi sungai
Tatang, Palembang; prasasti Talang Tuo (684 M) ditemukan di Talang Tuo,
Palembang; dan Prasasti Palas Pasemah di Lampung.
Adapunmasa-masa
yang adadalamperiodehindu-budha, berikutini :
1. Masakejayaansriwijaya
2. MasaRaJaHayamWuruk
(1350-1389)
3. kerajaan Kahuripan hingga zaman
kerajaan Kediri (1045 – 1222)
Zaman Kahuripan
Karya sastra yang terkenal dari Zaman
Kahuripan adalah Kitab Mahabharata. dan
Arjuna Wiwaha. Mahabharata berasal dari puisi kepahlawanan (epos) India dengan
pengrang wyasa atau yang disebut khrisna dwipayana wyasa. Sekitar tahun 1000
Raja Dharmawangsa menyuruh membuat ikhtisar dalam prosa Jawa Kuno. Kitab
Mahabharata terdiri atas 18 bagian yang disebut parwa. Isi pokoknya mengenai
pertempuran selama 18 hari antara keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa. Oleh
karena itu, nama lengkap dari kitab ini adalah Mahabharatayudha, yang artinya
perang besar keluarga Bharata (Pandawa berjumlah 5 dan Kurawa 100 jumlahnya).
Adapun kitab Mahabarata terdiri atas 18 parwa atau bagian,
yakni:
1.
Adiparwa 10. Sauptikaparwa
2.
Sabhaparwa 11. Striparwa
3. Wanaparwa 12.
Santiparwa
4.
Wirataparwa 13. Anusasanaparwa
5.
Udyogaparwa 14. Aswamedikaparwa
6.
Bismaparwa 15. Mausalaparwa
7.
Dornaparwa 16. Asramawasikaparwa
8.
Karnaparwa 17. Mahaprastanikaparwa
9.
Salyaparwa 18. Swargarohanaparwa
SEJARAH
SASTRA PERIODE TAHUN 1920an
Pengertian
Periodisasi sastra
Periodisasi
sastra merupakan sebuah pengelompokan sastra baik meliputi karya maupun pengarangnya.Pengelompokan
tersebut didasarkan pada waktu penurunan karya tersebut yang secara otomatis
tidak menutup kemungkinan apabila hasil karya terebut disesuaikan dengan
kondisi sosial pada waktu itu.
Tema-tema
yang biasa diangkat dalam karya karya angkatan balai pustaka adalah:
Adat kawin paksa,
Otoriter orang tua dalam menentukan
perjodohan anak-anak mereka,
Konflik diantara kaum tua dan kaum muda,
Penjajahan Eropa yang dianggap wajar dan
terkesan dianggap baik.
Balai
Pustaka disebut angkatan 20an atau populernya dengan sebutan angkatan Siti
Nurbaya. Menurut Sarwadi (1999: 25) nama Balai Pustaka menunjuk pada dua
pengertian yaitu sebagai nama penerbit dan sebagai nama suatu angkatan
dalam sastra Indonesia.
Menurut Rosidi (1986: 37) tokoh-tokoh
yang termasuk dalam angkatan Balai Pustaka diantaranya adalah:
- Nur Sutan Iskandar
Lahir di Maninjau tahun 1893
Hasil karyanya:
a.
Karangan
asli
Salah pilih (dikarang dengan nama samaran
Nur Sinah tahun 1928), Karena Mertua (tahun 1932), Hulubalang Raja (novel
sejarah oleh Teeuw dipandang yang terbaik), Katak Hendak Jadi lembu, Neraka
Dunia (1973), Cinta tanah Air (novel yang terbit pada jaman Jepang tahun1944),
Mutiara (1946), Cobaan (1947), Cinta dan Kewajiban (dikarang bersama dengan
I.Wairata).
2.
Abdul Muis
Lahir di Minangkabau
Hasil karyannya : Salah Asuhan (1928),
Pertemuan Jodoh (1933), Suropati (1950) - novel sejarah, Robert Anak suropati
(1953) – novel sejarah, Sebatang Kara (Hector Mallot) – karangan terjemahan.
3. Marah Rusli
Lahir
di Padang 7 Agustus 1989 dan meninggal di Bandung 17 Januari 1968.
Karya-karyanya: Siti Nurbaya (1922) – Sub judul Kasih Tak Sampai, Anak dan Kemenakan
(1956), Memang Jodoh – La Harni (1952).
Karakteristik
Angkatan Balai Pustaka
Yang menonjol pada masa lahirnya
sastra angkatan Balai Pustaka ialah cita-cita masyarakat dan sikap hidup serta
adat istiadat (Sarwadi, 1999: 31). Hal itu tercermin oleh kesadaran masyarakat
khususnya para penulis akan pentingnya persatuan demi terciptanya kesatuan
bangsa yang diperlihatkan melalui karya sastra yang telah memperegunaklan
bahasa persatuan Indonesia akan tetapi dengan hal tersebut tidak memperlihatkan
bahwa setiap masyarakat Indonesiatelah meninggalkan adat istiadanya namun
dengan keaneka ragaman adat istiadatnya menjadikan suatu alat untuk
mempersatukan bangsa Indonesia.
Ciri-Ciri
Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka
Selain mengambil latar belakang kehidupan
masyarakat Minangkabau, pada sebagian karya sastranya, masih terdapat beberapa
ciri-ciri lainnya yang cukup mencolok di antara karya sastra lainnya, di
antaranya adalah:
1. Karya sastra angkatan balai pustaka pada
umumnya hanya berceritakan mengenai kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat sehari-hari.
2. pada angkatan balai pustaka juga tidak
berbicara mengenai politik, kemiskinan, dan nilai-nilai sekularisasi.
3. Para penulisnya lebih bersifat kompromistis
terhadap keadaan politik pada masa itu, pengarang berusaha untuk bersikap ramah
dan baik terhadap pemerintah kolonial agar karya-karya yang mereka hasilkan
dapat diterbitkan.
SEJARAH
SASTRA PERIODE ISLAM
Periodisasi Sastra Islam di Nusantara, Menurut Abdul
Hadi WM, Sastra Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari perkembangan sastra
Melayu. Sedangkan perkembangan sastra Melayu Islam sejak awal kemunculannya
hingga akhir zaman klasiknya dapat dibagi menjadi beberapa periodisasi:
a. Sastra Islam Nusantara Zaman Awal
b. Sastra Islam Nusantara Zaman Peralihan
c. Sastra Islam Nusantara Zaman Akhir
d. Sastra Islam Nusantara Zaman Klasik.
e. Sastra Melayu dan Hikayat.
Menurut Abdul Hadi WM, dalam sastra Melayu semua
karya berbentuk prosa pada umumnya disebut hikayat, dari kata-kata Arab yang
arti literalnya ialah kisah atau cerita. Berdasarkan pokok pembahasan dan corak
penyajiannya, terbagi menjadi sepuluh:
1. Hikayat Para Nabi, biasa disebut Surat Anbiya‘.
2. Kisah-kisah yang berhubungan dengan kehidupan Nabi
Muhammad.
3. Kisah Sahabat dan Kerabat Nabi.
4. Hikayat Para Wali Sufi.
5. Hikayat Pahlawan atau epos.
6. Hikayat Para Bangsawan.
7. Perumpamaan atau Alegori Sufi.
8. Cerita Berbingkai.
9. Kisah Jenaka.
10. Karya bercorak sejarah atau historiografi
Karya Sastra Pada Masa Perkembangan Islam.
Pengaruh Islam dalam sastra Melayu tidak langsung
dari Arab, tetapi melalui Persia dan India yang dibawa oleh orang-orang
Gujarat.Dengan demikian, sastra Islam yang masuk ke Indonesia sudah mendapat
pangaruh dari Persia dan India. Karya sastra masa Islam diantaranya:
- Babad
- Hikayat
- Syair
- Suluk
ABDULLAH MUNSYI
Munsyi Abdullah merupakan bapak kesusasteraan modern
kerena mampu memperkenal unsur baru dalam bidang kesusasteraan. Munsyi
Abdullah atau nama sebenar beliau ialah Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Abdullah
meninggal dunia di Jeddah pada tahun 1854 ketika berusia 58 tahun di
Jeddah.Beliau meninggal sewaktu pelayarannya ke Mekah untuk menunaikan fardhu
haji kerana diserang penyakit kolera.Kisah perjalanan perjalanan ini dicatatkan
dalam Kisah Pelayaran Abdullah ke Judah yang tidak tamat,Karyanya
dicipta sendiri untuk dinikmati oleh masyarakat.Munsyi Abdullah menggunakan
kaedah yang tersendiri semasa mengarang. Karya beliau diciptakan secara
kronologi yaitu mengikut urutan peristiwa seperti kelahirannya didahulukan(hikayat
Abdullah) dengan perkembangan yang dialami hingga kematiannya. Begitu juga
dalam Kisah Pelayaran Abdullah. Plot disusun dengan merujuk kepada siri
peristiwa dan kejadian yang berlaku kepada diri sendiri serta alam
sekelilingnya.
Abdullah terkenal karena menulis hikayat-hikayat
yang bersifat realistis dan kontemporer.Abdullah Munsyi dianggap seorang
pemikir yang melampaui abadnya.
SEJARAH
SASTRAPERIODE 30-AN(PUJANGGA BARU)
A. SEJARAH MUNCULNYA PERIODE 30-AN (PUJANGGA BARU)
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya
sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada
masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme
dan kesadaran kebangsaan.Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik, dan elitis.Pujangga Baru adalah nama majalah sastra dan
kebudayaan yang terbit antara tahun 1933 sampai dengan adanya pelarangan oleh
pemerintah Jepang setelah tentara Jepang berkuasa di Indonesia. Orang-orang
atau para pengarang yang hasil karyanya pernah dimuat dalam majalah itu,
dinilai memiliki bobot dan cita-cita kesenian yang baru dan mengarah
kedepan.Pada zaman pendudukan Jepang majalah Pujangga Baru ini dilarang oleh
pemerintah Jepang dengan alasan karena kebarat-baratan.Namun setelah Indonesia
merdeka, majalah ini diterbitkan lagi (1948-1953).
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga
Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir
Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai
Pustaka (tahun 1930–1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga Baru, yaitu :
- Kelompok
“Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah.
2.
Kelompok “Seni
untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Ciri-ciri karya sastra periode Angkatan Pujangga
Baru meliputi dua aspek, yaitu ciri struktur estetik dan ciri ekstra estetik,
Ciri Struktur Estetik:
1.
Bentuknya
teratur rapi, simetris.
2.
Mempunyai
persajakan akhir.
3.
Banyak
menggunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
4.
Sebagian besar
puisi empat seuntai.
5.
Tiap-tiap
barisnya terdiri atas dua periodus dan terdiri atas sebuah gatra (kesatuan
sintaktis)
6.
Tiap gatranya pada
umumnya terdiri atas dua kata.
7.
Pilihan katanya
menggunakan “kata-kata Pujangga” atau “bahasa nan indah”.
8.
Gaya ekpresinya
beraliran romantik.
9.
Gaya sajak
Pujangga Baru diafan atau polos, tidak mempergunakan kata-kata kiasan yang
bermakna ganda, kata-katanya serebral, hubungan kalimat kalimatnya jelas.
SEJARAH SASTRA
ANGKATAN 40-an
Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas
beberapa angkatan, yaitu Angkatan Pujangga Lama, angkatan Sastra Melayu Lama,
angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan
1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990an, angkatan Reformasi,
angkatan 2000-an.
Pujangga
Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikaian
karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20.Pada masa ini
karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara,
budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar
negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul
karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan.Hamzah
Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga
Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik
selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan
Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Sastra
Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1942, yang
berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli,
Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat
Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam
bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Angkatan
1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya
sastrawan Angkatan '45.Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding
karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik.Karya-karya sastra pada
angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti
halnya puisi-puisi Chairil Anwar.Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni
yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang".Konsep ini
menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam
kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini
cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya
pembaharuan prosa Indonesia.
Sastra
angkatan ‘45
sastrawan yang kontra
sastrawan yang kontra adalah Asrul Sani, Idrus, dan
beberapa pengarang lainnyalain:
1. Tahun 1945tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
tidak sepenuhnya berhubungan dengan hal-hal yang mulia dan baik karena juga
terjadi pembunuhan dan penculikan pada kedua pihak yang bertempur. Dengan
demikian, penamaan angkatan ’45 dapat mengingatkan kita terhadap hal-hal yang
keji dan kotor.
2. Para sastrwan diragukan sahamnya bagi perjuangan
merebut dan mempertahankan
kemerdekaan sehingga timbul kesangsian apakah mereka berhak menggunakan
nama keramat angkatan ’45. Keraguan itu didasarkan atas adanya beberapa
karangan Chairil Anwar yang terlalu bersifat individualistic
3. Tahun 1945 adalah suatu kesatuan waktu yang sangat
singkat dan relative terlalu fana sehingga penamaan angkatan ’45 akan dengan
cepat menimbulkan sifat kekolotan pada beberapa tahun sesudah itu.
sastrawan yang pro:
1.
Dalam menilai
suatu peristiwa, kita harus dapat membedakan yang pokok dengan yang tidak.
Pembunuhan dan penculikan adalah soal kecil jika dibandingkan dengan masalah
perjuangan merebut dan memperetahankan kemerdekaan.
2.
Walaupun memang
ada puisi-puisi ciptaan penyair bangsa kita yang pada saat itu yang memiliki
interpretasi negative, akan tetapi apabila kita teliti benar-benar dan kita
resapkan sungguh-sungguh banyak puisi ciptaan Chairil Anwar dan beberapa
penyair lain yang mengandung pikiran-pikiran yang mempunyai banyak peranan bagi
perjuangan kemerdekaan. Kita ingat saja puisi karawang-Bekasi karya Chairil
Anwar. Di samping itu, harus diingat bahwa perjuangan kemerdekaan tidak harus
selalu dalam hubungan dengan dengan perjuangan fisik atau senjata, melainkan
memiliki pengertian yang luas.
3.
Tidak hanya
penamaan yang menggunakan angka tahun yang mudah menimbulkan sifat kekolotan,
akan tetapi setiap penamaan akan menjadi bersifat kolot apabila sudah timbul
angkatan atau generasi baru.
KARAKTERISTIK ANGKATAN ‘45
- Revolusioner
dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan bentuk baru
sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka.
- Mengutamakan
isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya pendek,
terpilih, padat berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan hakikat
hidup. Seni adalah sebagai sarana untuk menopang manusia dan dunia yang
sedalam-dalamnya.
- Ekspresionis
4.
Individualis
5.
Humanisme
universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa dalam
perjuangan keadilan dunia.
- Tidak
terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah melakukan segala
percobaan dengan kehidupan dalam mencapai nilai kemansiaan dan perdamaian
dunia.
7.
Tema yang
dibicarakan: humanisme, sahala (martabat manusia), penderitaan rakyat, moral, keganasan perang dengan keroncongnya
perut lapar.
SEJARAH SASTRA ANGKATAN 1950-AN
Sejarah sastra periode angkatan 50-an. Slamet
Muljono pernah menyebut bahwa sastrawan
Angkatan ‘50 hanyalah pelanjut (successor) saja, dari
angkatan sebelumnya (’45).
Tinjauan yang mendalam dan
menyeluruh membuktikan bahwa masa ini pun
memperlihatkan ciri-cirinya.Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah
sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang
didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi.Majalah tersebut bertahan
sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan
sastrawan, yang bergabung dalam LembagaKebudajaanRakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang
berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik
praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Ciri-ciri
dari sastra angkatan ini adalah:
1.
berisi kebebasan sastrawan yang lebih
luas di atas kebiasaan (tradisi) yang
diletakan pada tahun 1945.
2.
Umumnya karya sastrawan sekitar tahun
1950-1960-an.
3.
Masa ‘50 memberikan pernyataan tentang
aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai nasional lebih lanjut).
4.
Pusat kegiatan sastra
makin banyak jumlahnya dan makin meluas
daerahnya hampir di seluruh Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta
dan Yogyakarta.
5.
corak karya cukup beragam, karena pengaruh
faktor politik/ideologi partai,
6.
Terdapat pengungkapan
yang lebih mendalam terhadap kebudayaan
daerah dalam menuju perwujudan sastra nasional Indonesia.
7.
Penilaian keindahan dalam sastra tidak
lagi didasarkan kepada kekuasaan asing, tetapi lebih kepada
peleburan (kristalisasi) antara ilmu dan
pengetahuan asing dengan perasaan dan ukuran nasional.
8.
gaya epik (bercerita) berkembang dengan
berkembngnya puisi cerita dan balada, dengan gaya yang lebih sederhana dari
puisi lirik,
9.
gaya mantra mulai tampak balada-balada,
10.
gaya ulangan mulai pada berkembang
(meskipun sudah dimulai oleh angkatan 45),
11.
gaya puisi liris pada umumnya masih
meneruskan karya gaya angkatan 45,
12.
gaya slogan dan retorik makin
berkembang.
Karakteristik
yang menonjol pada angkatan ini adalah sebagai berikut:
1.
Menunjukan sastra nasional Indonesia
yang ditunjukan dalam puisi yang bertema kebudayaan daerah
2.
Keindahan puisi sudah dimulai didasarkan
pada peleburan (kristalisasi) antara ilmu dan pengetahuan asing dengan perasaan
dan ukuran nasional.
SEJARAH
SASTRA PERIODE 60-REFORMASI
Pada sejarah sastra
periode 60 sampai Reformasi, terdapat tiga angkatan sastra yaitu agkatan
66-70an, 80-90an, dan angkatan reformasi. Dimana setiap angkatan memiliki ciri
khas tersendiri yang membedakan angkatan satu dengan laian. Namun, hal itu
memberikan warna tersendiri untuk perkembangan
kesusastraan di Indonesia,Lahirnya angkatan 66-70an ini, didahului
adanya kemelut dalam segala bidang kehidupan di Indonesia yang disebabkan ulah
teror politik yang dilakukan oleh PKI dan ormas-ormas yang bernaung di
bawahnya. Sehingga angkatan ini, mempunyai cita-cita ingin adanya pemurnian
pelaksaan pancasila dan melaksanakan ide yang terkandung dalam Manifest
Kebudayaan yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura.
Munculnya angkatan ’66 ditandai dengan terbitnya Horison(majalahsastra) pimpinan MochtarLubis. Yang kemudian oleh H.B. Jassin diumumkan dalam
majalah horison nomor 2 tahun 1966, agkatan ini juga sering disebut sebagai
angkatan kontenporer.Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa angkatan ’66 lahir
setelah ditumpasnya pengkhianatan G.30S/PKI.Penanaman angkatan ’66 ini pun
mengalami adu pendapat. Sebelum nama angkatan ’66 diresmikan, ada yang memberi
nama angkatan Manifest Kebudayaan (MANIKEBU). Ciri-ciri satra angkatan 60’n:
- Kebanyakan
tentang protes terhadap social dan politik
- Mulai
dikenal gaya epik pada puisi
- Banyak
penggunaan gaya retorik dan slogan
- Cerita
dengan berlatar perang
- Diabaikannya
unsur makna
- Penuh
semangat eksperimentasi
- Beraliran
surealistik.
- Dalam
drama, pemain sering improvisasi.
Sastra Angkatan 80-an di latar belakangi oleh lingkungan yang masyarakatnya mengalami
depolitisasi yang nyaris total. Aktivitas-aktivitas politik mahasiswa
ditertibkan dan mahasiswa sepenuhnya dijadikan organ kampus yang dilepaskan
dari segala macam aktivitas politik. Politik stabilitas, security approach, normalisasi
kehidupan kampus, dan asas tunggal merupakan lingkungan tempat para sastrawan
era 80-an hidup. Angkatan 80-an muncul ditandai dengan adanya banyak roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai
majalah dan penerbitan umum.Ciri-ciri karya sastra angkatan 60’n:
Didominasi oleh roman percintaan
Konvensional (tokoh antagonis selalu kalah)
Tumbuh sastra beraliran pop
Karya sastra tersebar luas diberbagai majalah dan
penerbitan umum
SEJARAH
SASTRA ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG
Pada tahun 1997, Indonesia mengalami kesulitan
ekonomi yang menyebabkan krisis moneter.Krisis dimulai dengan keadaan
perekonomian yang memburuk pada tahun 1996.Nilai tukar rupiah yang jungkir
balik menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan
Soeharto yang telah berkuasa sejak tahun 1967.Masa krisis ini sering disebut
dengan masa krisis multidimensi.Dikatakan krisis multidimensi karena pada saat
itu terjadi kemerosotan hampir dalam semua aspek kehidupan yang bersumber dari
krisis ekonomi dan politik.Hal ini mengakibatkan harga-harga kebutuhan masyarakat
melonjak, seperti BBM, listrik, dan jasa transportasi.
Seiring terjadinya pergeseran kekuasan politik dari
tangan ke tangan, muncul wacana mengenai sastra reformasi.Perkembangan dan
pertumbuhan sastra Indonesia tidak bisa terlepas dari rezimisasi kekuasaan
politik.Pergantian presiden dan kabinet yang terbilang cepat, tempo tujuh
tahun, tidak dapat memenuhi aspirasi dan harapan rakyat.Berakhirnya masa Orde Baru telah menimbulkan
semangat reformasi yang berlebihan sahingga disebut “kebablasan” atau euforia
hampir di segala aspek kehidupan.Runtuhnya kekangan menyebabkan berkembangnya
kebebasan di hampir semua bidang kehidupan, termasuk sastra Indonesia.Pada
tahun pertama Era Reformasi bermunculan banyak penerbitan, tetapi hanya dalam
beberapa tahun banyak yang tidak mampu bertahan.
Munculnya sastrawan Angkatan Reformasi ditandai
dengan maraknya karya-karya sastra yang bertemakan keadaan sosial dan politik,
khususnya seputar reformasi.Karya-karya para sastrawan Angkatan Reformasi
merefleksikan keadaan sosial dan politik pada akhir tahun 1990-an, hingga
jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998
banyak menjadi latar belakang dalam sejumlah prosa, puisi, esai, dan
drama yang lahir pada masa periode itu.
KARAKTERISTIK KARYA SASTRA ERA REFORMASI dan
2000-an:
1. Menggunakan kata-kata maupun frase yang bermakna
kontatif (makna yang mempunyai hubungan/kaitan)
2. Banyak menyindir keadaan sekitar
baik sosial, budaya, politik, atau lingkungan
3. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan
dan kecenderungan ke puisi kongkret yang di sebut antromofisme
4. Kritik sosial sering muncul lebih keras
5. Penggunaan estetika baru
- Karya cenderung vular,
- Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami,
- Munculnya cyber sastra di Internet
- Ciri-ciri bahasa diambil dari bahasa
sehari-hari yaitu kerayatjelataan,
- Karya satra pada angkatan ini mulai berani
memunculkan karya sastra yang cenderung berbau vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja
moral pergaulan bebas ala amerika